Bersedia Repot-Repot

"If you want to have something you've never had, you have to do something you've never done."

Dua kalimat tertulis rapi, menempel di atas meja belajar salah satu kawanku. Mata otomatis membaca ketika sedang menyapu seisi asrama beberapa tahun lalu, karena hari itu jadwal piketku. Kutipan yang bagus, hingga tersimpan di memoriku sampai saat ini. Aku memandang temanku sebagai seseorang yang tangguh dan berkemauan kuat, sehingga ketika membaca tulisan itu, aku langsung mengamini dan yakin dia bisa mewujudkan mimpi-mimpinya yang besar itu, insyaAllah.

***

"De boleh minta tolong ambilin satu yang sage green? Ada di karung, ini tadi ada yang reject," pinta temanku. Menurut, aku mengambilkan sebuah tas baru, lalu kembali bejibaku dengan proses quality control sebelum kami atur stok di marketplace. Mengecek jahitan, panjang tali, kantong saku, menggunting benang berlebih, lantas melipat dan menghitung jumlahnya. Pekerjaan terasa ringan ketika kami kerjakan bersama-sama. Sesekali kami mengobrol atau diskusi haha hihi, sedang aku kadang melontarkan jokes ala bapak-bapak yang sukses membuat mereka ingin menyentil ginjalku.

Aku melempar pandangan ke seisi ruangan milik temanku ini. Kemudian menyadari bahwa geraknya lebih terbatas, karena berbagi ruang dengan barang jualan kami. Ya plastik besar, ya rak susun, ya kotak-kotak berisi segala printilan. Disitulah aku berpikir, benar ya, kalau kita menginginkan sesuatu.. Kita mestinya harus bersedia untuk repot-repot terlebih dahulu. Berbagi ruangan dengan banyak barang mungkin akan mengesalkan bagiku, tetapi temanku melakukannya dengan senang hati, karena sudah tahu bahwa itulah salah satu konsekuensi.

***

Generasi jaman sekarang, belakangan sering mendapat kritik sebagai generasi yang apa-apanya minta instan. Ingin sukses, tetapi enggan berusaha maksimal. Merasa bahwa kegagalan dan proses mencoba cukup menjadi cerita orang lain, merasa yang sudah pernah mendengar cerita itu harusnya bisa menghindari. Mungkin memang didukung teknologi yang serba mudah, tetapi sebaiknya kita tidak manja dan terus-terusan meminta seisi dunia sesuai dengan kehendak kita. It's not how the life works.

Nyatanya, untuk mendapatkan suatu hal, sudah semestinya kita berusaha. Sudah semestinya kita cari cara. Sudah semestinya kita bersedia repot-repot, jungkir balik atau menyicipi kegagalan. Iya, memang kita bisa belajar dari kesalahan orang lain, tetapi terkadang ada juga waktunya kita belajar dari kesalahan sendiri, dan itu nggak apa-apa. Selayaknya bayi yang nggak bisa ujug-ujug berdiri dan lari, kita juga memerlukan tahap demi tahap untuk berkembang dan menjadi ahli. Kesalahan justru merupakan hal yang baik, karena dari situ kita bisa belajar lebih banyak lagi. Kalau kata temanku, habiskan saja jatah gagalmu.

Tulisan ini jadi reminderku untuk tetap memaksimalkan usaha dalam mencapai tujuan kita. Yang pasti, usaha ditempuh dengan cara yang halal dan baik yaa. Oh iya, masih ingat kalau kita sedang dalam kondisi bonus demografi karena banyak penduduk usia produktif? Maka jangan sampai kita membuat bonus demografi ini kayak prank karena jumlah orang muda yang banyak, tapi kualitasnya gini-gini aja. If you're not part of the solution, then who are you? Bismillaah, semangat terus yaa buat selalu memperbaiki dan meningkatkan kualitas diri. Semoga langkahku, langkahmu, langkah kita dalam kebaikan selalu Allah mudahkan. See you on top!

Ditulis di suatu malam dan hujan kecil, Januari 2023.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membuat Surat Keterangan Kesehatan, Buta Warna, dan Bebas NAPZA di RSUD Banyumas

Bermuara

Obrolan empat di lima