Air Putih dari Mama

Masih ingat masa kecil kita? Yang kegiatan sehari-harinya diisi dengan sekolah beberapa jam saja, lantas sisanya adalah bermain di sekitaran rumah, hingga melanglang buana kemana saja. Masa dimana kita berhaha-hihi, rasanya belum punya beban hidup sama sekali. Dunia rasanya menyenangkan karena bisa mencoba ini dan itu. Main petak umpet lah, sepedaan, masak-masakan, polisi-polisian, main dengklek, lari-larian, atau memetik bunga-bunga cantik milik tetangga (jangan ditiru). Bahkan mungkin jalan-jalan mengitari desa, main layangan atau sekedar ngobrol di bawah pohon rindang. Masa-masa yang kita rindukan. 


Namun yang namanya anak-anak, kita masih belajar untuk melakukan segala sesuatu, masih wajar sering melakukan kesalahan, ataupun menebak-nebak banyak hal yg belum kita ketahui. Kayaknya hampir semua anak kecil pernah terluka bagian lutut alias dengkulnya, minimal tersandung atau jatuh dari sepeda, atau karena sendal jepit kebesaran yang dipinjam punya kakak atau ayahnya. Dari peristiwa jatuh itu, kita belajar untuk lebih berhati-hati, meskipun momen terjatuh itu akan sangat mungkin terulang lagi. 


Aku, selayaknya anak kecil pada umumnya, waktu dulu juga beberapa kali terjatuh dan melukai lututku sendiri tanpa sengaja. Apalagi kalau lutut ngide mencium aspal, wah, mantap betul terasa. Apa yang kemudian dilakukan? Yap, tentu saja, menangis sejadi-jadinya. Campuran antara rasa kaget, sakit, dan ngeri melihat darah yang keluar. Tanpa menunggu lama, teman-teman akan langsung tanggap membantu berdiri, sat set sat set dan mengantar ke rumah. Mereka auto memberi laporan ke orang tua, "ibunya deaa, dea tadi jatuh kakinya berdarah..", sedangkan aku yang tersedu-sedu makin menjadi tangisnya, campuran antara penegasan alias mengadu bahwa aku terluka dan merasa aman untuk semakin mengekspresikan rasa sakit. Lantas mama akan berterima kasih pada teman yang mengantar (mereka kadang hanya mengantar, kadang sampai melihat adegan luka diobati), kemudian mama memberi perhatian penuh padaku. 


Mama-entah bagaimana asalnya- mempunyai pembawaan yang tenang, tidak mudah tertular panik, itu satu hal yang aku tahu. Jadi setelah teman datang membawa aku dengan lutut berdarah, beliau bertanya "kenapa bisa jatuh?" tetapi dengan suara yang tenang. Sesaat kemudian, mama akan pergi sebentar ke dapur, lalu kembali dengan membawa satu cangkir air putih. Ini seperti prosedur P3K versi mama, yang selalu menjadi langkah pertama. Aku pun menurut, meminum beberapa teguk dengan pundak yg berguncang karena tangis. Sedetik kemudian, ajaib! Tangisan langsung reda, sisa sesenggukan sedikit saja. Dan hal ini terjadi bukan satu dua kali, tapi setiap kali aku menangis waktu masih kecil. Entah mengapa, air putih yang disiapkan mama rasanya bagai menawarkan ketenangan. Mungkin karena ada jeda waktu beberapa detik untuk mengalihkan perhatian ke minuman, tidak sepenuhnya menuruti tangisan. Pun air yang segar membuat pikiran ikut segar. Selain itu, mungkin saja aku tenang karena bisa melihat bahwa mama tetap tenang. Lukaku dibersihkan dan diberi obat merah, sedangkan aku kebagian diberi nasehat agar lebih berhati-hati. 


Jadi jika suatu ketika pikiran sedang ruwet, atau rasanya ingin menangis, P3K ala mama bisa dicoba. Meskipun kita bukan anak kecil lagi, tapi kita sama-sama membutuhkan ketenangan, bukan? Terkadang, kita terlalu terpaku pada suatu hal hingga tidak memberi waktu jeda untuk diri sendiri, padahal kita amat membutuhkannya. Lebih bagus dan disarankan lagi untuk kita mengambil air wudhu. Nyes, badan dan pikiran rasanya membaik ketika kita mencoba menenangkan diri. Kalau apa-apa kok rasanya seperti sulit dan tidak ada solusi, cobalah juga untuk beristighfar, atau berdoa agar diberi hati yang tenang. Jalur langit selalu bisa dijadikan pilihan (pilihan utama bahkan), insyaAllah akan diberi kemudahan.  


Padahal hanya secangkir air putih, sepele, tapi bisa begitu mengena bagiku. Buktinya, sampai sekarang pun aku masih ingat. Terima kasih ma untuk ilmu rasa tenangnya! 


Ditulis oleh dea, anak bungsunya mama. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membuat Surat Keterangan Kesehatan, Buta Warna, dan Bebas NAPZA di RSUD Banyumas

Bermuara

Obrolan empat di lima