Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2023

Berlebihan

Gambar
(gambar hanya pemanis, ini namanya arau)  Membaca itu bagus, tetapi kalau kelewat banyak, berlebihan namanya. Matamu bisa sepet kelamaan melotot, atau kamu terlampau tenggelam dalam bacaan dan tak memedulikan sekitarmu. Boleh membaca, tapi tetap diatur ukurannya. Jangan khawatir, toh lama-lama buku itu akan habis juga kau lahap Mengakses hiburan itu boleh, tetapi kalau kelewat banyak, berlebihan namanya. Jangan sampai kamu malah jadi lalai, sibuk memompa dopamin tanpa batas ke kepalamu. Atau berlindung dibalik kata penghargaan untuk diri sendiri. Ya, sesekali boleh, tapi kalau kebanyakan, alasanmu jadi berkilah namanya. Tidak semua hiburan harus kamu akses dalam sekali waktu, otakmu justru lelah kalau berlebihan stimulasi. Tinggalkan sejenak, ambil jeda untuk bergerak pelan sesaat. Makan itu kebutuhan, tetapi kalau kelewat banyak, berlebihan namanya. Ingat nasihat untuk memberi ruang di perutmu: sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk udara? Makan untuk

Quick Escape

Gambar
  Terlalu banyak menatap layar ponsel, ternyata membuatku amat jenuh. Kepala rasanya overload oleh berbagai macam informasi yang tidak sepenuhnya aku perlukan, yang berceceran tersebar di seluruh media sosial. Maka kemudian aku iseng mencari ketenangan di sore yang berawan itu, selepas menunaikan tugas belanja bulanan. Motor sengaja aku belokkan ke desa sebelah dimana terhampar sawah. They said, there are things you can see only when you slow down. So I did try to slow down.  Melewati persawahan dan permukiman di desa sebelah, aku menurunkan kecepatan sepeda motorku. Angin sore menerpa wajah, dengan cahaya matahari yang malu-malu. Sawah membentang luas dari ujung ke ujung. Maka kulihat berbagai hal yang sederhana, kecil, tapi menenangkan jika diperhatikan satu demi satu.  Ada beberapa bapak-bapak yang pulang ngarit, motornya penuh dengan rerumputan, menyalip melewatiku. Ada mbak-mbak yang berboncengan pelan-pelan, agaknya sedang belajar naik motor. Ada gerombolan anak-anak yang bermai

Bersedia Repot-Repot

"If you want to have something you've never had, you have to do something you've never done." Dua kalimat tertulis rapi, menempel di atas meja belajar salah satu kawanku. Mata otomatis membaca ketika sedang menyapu seisi asrama beberapa tahun lalu, karena hari itu jadwal piketku. Kutipan yang bagus, hingga tersimpan di memoriku sampai saat ini. Aku memandang temanku sebagai seseorang yang tangguh dan berkemauan kuat, sehingga ketika membaca tulisan itu, aku langsung mengamini dan yakin dia bisa mewujudkan mimpi-mimpinya yang besar itu, insyaAllah. *** "De boleh minta tolong ambilin satu yang sage green ? Ada di karung, ini tadi ada yang reject ," pinta temanku. Menurut, aku mengambilkan sebuah tas baru, lalu kembali bejibaku dengan proses quality control sebelum kami atur stok di marketplace . Mengecek jahitan, panjang tali, kantong saku, menggunting benang berlebih, lantas melipat dan menghitung jumlahnya. Pekerjaan terasa ringan ketika kami kerjakan be

Dear Diary

Pernahkan kamu tiba-tiba ngide beberes barang-barang di kamarmu, kemudian menemukan beberapa barang dengan nilai sentimental untukmu? Yang pada akhirnya kamu justru terhanyut mengais memori-memori yang tersisa. Sampai-sampai agenda beres-beresmu nggak tahu bakal kapan rampungnya. Aku pernah begini, setidaknya beberapa kali, bahkan mungkin saja akan terulangi lagi nantinya, haha.  Ada sekian barang yang ternyata bisa menyegarkan kembali ingatan kita akan masa lalu, masa-masa yang telah terlewati. Bentuknya bisa berupa kartu ucapan ulang tahun, surat dari teman jauh, karcis tiket masuk, oret-oretan catatan, bahkan nota dan struk belanja bisa menyimpan memori. Termasuk pula buku-buku diary yang hadir dari sekolah dasar, sekolah menengah hingga perguruan tinggi, dengan gaya yang menyesuaikan perubahan sang penulis dari waktu ke waktu. Ada banyak kisah yang menyempil diantara lembar-lembaran itu, sesekali dipermanis dengan gambar ecek-ecek buatan sendiri, atau highlight bagian yang paling

Ngobrolin Selilit

Waktu aku masih di bangku SMP, ada sebuah perpustakaan yang dibuka di sudut kecamatan, dekat dengan sekolah. Jalan kaki sedikit sudah sampai di lokasi. Koleksi bukunya cukup bervariasi, dari buku sejarah, novel, agama, dan lain sebagainya. Sepulang sekolah adalah pilihan waktu yang tepat untuk mampir bersama teman-teman, masih dengan seragam yang melekat dan khas anak sekolah-bau matahari. Bangunan tua khas belanda itu berhawa sejuk, nyaman untuk membaca buku lembar demi lembar.  Pernah suatu saat ada satu buku yang mengambil perhatianku karena judulnya yang menarik. Buku bercover hitam itu bertuliskan "Slilit sang Kyai". Hmmm, kok bisa selilit diceritakan, bahkan sampai jadi judul buku? Maka rasa penasaran mendorongku untuk tenggelam dalam cerita buku itu, dan aku tidak menyesalinya, justru sangat bersyukur sampai sekarang karena bisa membaca cerita yang sangat bagus. Ceritanya cukup sederhana, tapi nilai yang bisa diambil amatlah mulia. Entah berapa teman yang sudah aku cer

Air Putih dari Mama

Masih ingat masa kecil kita? Yang kegiatan sehari-harinya diisi dengan sekolah beberapa jam saja, lantas sisanya adalah bermain di sekitaran rumah, hingga melanglang buana kemana saja. Masa dimana kita berhaha-hihi, rasanya belum punya beban hidup sama sekali. Dunia rasanya menyenangkan karena bisa mencoba ini dan itu. Main petak umpet lah, sepedaan, masak-masakan, polisi-polisian, main dengklek, lari-larian, atau memetik bunga-bunga cantik milik tetangga (jangan ditiru). Bahkan mungkin jalan-jalan mengitari desa, main layangan atau sekedar ngobrol di bawah pohon rindang. Masa-masa yang kita rindukan.  Namun yang namanya anak-anak, kita masih belajar untuk melakukan segala sesuatu, masih wajar sering melakukan kesalahan, ataupun menebak-nebak banyak hal yg belum kita ketahui. Kayaknya hampir semua anak kecil pernah terluka bagian lutut alias dengkulnya, minimal tersandung atau jatuh dari sepeda, atau karena sendal jepit kebesaran yang dipinjam punya kakak atau ayahnya. Dari peristiwa j

First Impression

Kilas balik ke 2018, aku masih ingat memutari parkiran kampus kesmas bersama teman-teman seangkatan. Kami memang terbagi dalam beberapa kelompok, secara bergantian mengunjungi stan setiap peminatan di kesmas. Karena dibatasi durasi, maka kunjungan tiap stan hanya beberapa menit dan pergantiannya ditandai dengan nyaring suara sirine dari toa panitia. Kakak-kakak tingkat terlihat siap mengenalkan kami dengan peminatan yg mereka ambil, berikut dengan bando bertuliskan nama peminatan dan baju seragamnya. Ada tujuh peminatan yang tersedia di kesmas unsoed, yaitu AKK, biostat, kesling, kespro, promkes, K3, dan epidemiologi. Kami sebagai mahasiswa baru pun diberi kesempatan untuk bertanya serba-serbi peminatan di setiap stan. Selain menyenangkan, perkenalan peminatan ini juga cukup seru karena dikejar waktu Aku memasang telinga baik-baik, tidak bertanya karena belum terpikirkan mau bertanya apa. Temanku aktif mengobrol, aku memperhatikan percakapan yg interaktif itu dari satu stan ke stan l