Mendekap keniscayaan


Lucunya manusia, ia selalu takut mati. Ia membenci ide bahwa kelak suatu hari nanti ia akan dilupakan. Itu sudah menjadi suatu keniscayaan. Tetapi manusia, tidak menyerah begitu saja. Maka kemudian dia pahat berbagai cerita, tulisan, membuat jejak, agar setidaknya orang tahu, ia pernah menapaki bumi ini, dan bukannya tanpa makna.

Aku sendiri adalah manusia itu. Aku sering mempertanyakan maknaku, maka aku buat tulisan untuk mengabadikan sedikit banyak isi pikiranku. Barangkali akan ada yang membaca. Barangkali akan ada yang menyukainya. Barangkali ada manfaat yang bisa diantarkannya. Barangkali emosinya bisa disampaikan lewat kata. Barangkali.


Barangkali itu tidak sepenuhnya benar, tetapi juga tidak sepenuhnya salah. Kita hanya berbicara kemungkinan, posibilitas, apa yang bisa saja terjadi. Maka biarkan juga manusia ini menyediakan berbagai kemungkinan untuk dirinya sendiri. 


Jadi.. terima kasih sudah mau membaca sekelebat ceritaku. Aku tak tahu apa yang kamu dapatkan darinya, tetapi semoga bisa untuk pelajaran bersama, ya. Mungkin aku tidak sehebat yang orang kira, karena nyatanya aku hanya manusia. Aku punya luputku dan lupa, tidak sempurna, meski nama belakangku bermakna sebaliknya. 


Terkadang, siapa yang mengonsumsi karya yang disusunnya adalah dirinya sendiri. Pendukung terbesar dan yang paling setia, ikut menyelami pahit manis hidupnya. Turut menemani berdiskusi, hikmah apa yang kita bisa pelajari dari pengalaman sehari-hari. Aku, teman setiaku. 


Karena sendiri juga adalah keniscayaan, maka bagian kita adalah berusaha menikmatinya. Jaga diri baik-baik, ya.


Purwokerto, 31 Oktober 2023

Menunggu kabar perjalananku


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membuat Surat Keterangan Kesehatan, Buta Warna, dan Bebas NAPZA di RSUD Banyumas

Bermuara

Obrolan empat di lima