Menabung sabar



K
alau dipikir-pikir, mungkin sesekali kita bakal ketemu orang-orang yang nggak sabar. Terkadang, tak sabarnya orang lain juga menguji kesabaranmu. Bisa dari perbuatan yang dilakukan, atau pertanyaan yang dilontarkan. Yang sejujurnya, mungkin tidak akan pernah selesai selama kita masih menapaki bumi.

"Udah selesai ya?"
"Wisuda besok?"
"Kapan ini?"
"Kapan itu?'
"Kapan?"

Memang, mungkin ini waktunya kamu belajar sabar meskipun yaampun, prosesnya nggak enak sama sekali. Berurusan dengan sakit hati, atau menahan diri untuk tak berbalik melukai. Yang kamu baru ketahui kemarin, dewasa ternyata bukan sesederhana perkara usia. Ada juga yang masih kekanakan meski umur terus berjalan. Maka apa jawabannya? Mengolah diri, mengolah hati, ditata satu per satu, supaya rapi. Itu adalah hal yang dalam kendali, kita mengusahakan sendiri.

Kata temanku, belajar itu proses yang tidak pernah berhenti. Okelah kalau kau usai mengenyam pendidikan hingga mungkin ke perguruan tinggi, tetapi kehidupan dan semesta tidak ada bosan-bosannya memberi tantangan dan pelajaran. Menarik, bukan? Mungkin nanti akan sampai giliranmu yang turut berbagi, entah ilmu entah pengalamanmu untuk diselami hikmahnya bersama-sama, enggan untuk melewatkannya begitu saja. Mencoba mencari manfaat yang bisa diberikannya.

Sabar, jangan pernah kehilangan kesabaran, termasuk kepada dirimu sendiri. Aku tahu, pasti tidak mudah, pasti terkadang ingin menyerah, tetapi semoga terus mencoba akan selalu menjadi jawaban kita. Sabar, sabar, sabar, kata ibuku kita semestinya nyetok sabar banyak-banyak, bahkan kalau mungkin kita coba adakan pabriknya. Ada-ada saja, pikirku geli ketika mendengarnya. Tapi.. Ya, itu bukan hal yang tidak mungkin kok. InsyaAllah, aku pasti bisa.


Banyumas, 3 Oktober 2023
Ditulis sambil menabung sabar 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membuat Surat Keterangan Kesehatan, Buta Warna, dan Bebas NAPZA di RSUD Banyumas

Bermuara

Obrolan empat di lima