Sasando, Komodo dan Celengan

Halo pembaca :D 
Berjumpa lagi dengan saya, Asti Nadia Anindita yang jaraang banget ngepost blog ini. Kapan saya akan ngepost itu hanya saya dan Tuhan yang tahu. Dimanapun anda berada, semoga sedang dalam keadaan yang sehat, ya!
Kali ini saya mau menceritakan kejadian yang baru saja terjadi sore ini. Hehehe.

Jadi, tadi sore sepupu saya datang, tentunya dengan orangtuanya. Mereka adalah dua bersaudara, yang kakaknya perempuan dan adiknya laki-laki, masih kecil. Nah waktu si kakak lagi ngobrol sama saya di kamar, si adeknya dateng dan ikut nimbrung. Oke sebut saja kakanya L dan adeknya ini namanya E. Namanya juga anak kecil kaan, dia (si E) itu memerhatikan benda-benda yang ada di ruangan kamar, yaitu benda benda yang ada di rak di dinding. Namanya juga anak kecil kaan, udah lumrah lah hukumnya kalau dia kepo. 

miniatur sasando

Dia ngambil miniatur sasando yang letaknya paling bawah. Sasando kecil itu oleh oleh dari temen saya waktu ikut Siswa Mengenal Nusantara (SMN) di NTT waktu itu. 
"Ini apa sih kak?" tanyanya sambil mengamati benda asing tersebut.
"Ini miniatur sasando," jawabku senang, karena bisa (lumayan) memberi dia informasi tentang sesuatu. "Sasando itu alat musik dari Nusa Tenggara." lanjutku.
"Alat musik? Coba cara mainnya gimana?" dia menghampiriku dengan diliputi rasa ingin tahu, dan kemudian menyerahkan miniatur sasando itu padaku.
"Ini kan miniaturnya E, jadi nggak bisa dimainin beneran," sahutku. "Lihat yang kaya senar ini?"
"Iya?"
"Nah, cara maininnya itu dipetik. Mudeng nggak?"
"Nggak," dia menggeleng sambil tetap memandangi sasando mini itu. Seketika aku berpikir, gimana caranya ngasih tau anak kecil ini ya?
"Hmm, E tau harpa nggak?" tanyaku, dan dia merespon dengan anggukan. "Naah, cara mainnya kayak harpa, dipetik gitu," ujarku kemudian.
"Oooooooh..." dia mantuk-mantuk, menandakan bahwa dia sudah mengerti. Dia pun mengembalikan sasando mini itu ke tempat asalnya.
"Itu oleh-oleh dari temen kakak," ujarku
"Temen kakak habis dari mana?" tanyanya.
"Dari Nusa Tenggara, tempat yang ada komodonya itu, lho," aku kembali menyebut tempat asal alat musik itu. "E tahu komodo?" tanyaku. 
Dia menggeleng lagi.
"Komodo itu kayak kadal, tapi besar," kataku.
*Kemudian E menyahut lagi tapi aku lupa detailnya gimana, intinya dia menyatakan bahwa komodo itu kecil*
"Komodo itu besar, E," jelasku yang diiyakan si L. "Seberapa, ya?" aku berpikir.
"Se-buaya?" tanyanya.
"Ah, iya, sebuaya."
"Lidahnya ujungnya ada dua kan kak?" tanyanya. "Kayak giniii.." kedua tangannya memeragakan lidah komodo dengan cara dirapatkan, dan ujungnya dibelokkan ke kanan-kiri. "Iya kan kak?" 

iya dek, iya.
"Iya, lidahnya bercabang," Aku tersenyum melihatnya. Duh emesh banget sih, hahaha. L ikut memperagakan lidah komodo dengan kedua tangannya, dan kakak beradik ini pun dengan sukses main lidah komodo-lidah komodoan.
"Lidahnya panjang ya kak?" celetuknya. "Kayak giniii.." dia memeragakan lagi. Kali ini aku seakan-akan hendak diterkamnya, "Haupp!"


Skip, aku ngobrol sama L hahaha.

punyaku warna coklatttt
E kali ini menggapai celenganku yang bentuknya seperti wadah susu coklat dengan bentuk kepala sapi diatasnya. 
"Ini apa kak?"
"Itu celengan,"
"Celengan? Susu kaliiii?"
"Celengan, tapi bentuknya emang kayak gitu,"
"Bisa dibuka nggak?"
Oke namanya juga anak kecil, dibilangin jangan dibuka ya ngeyel aja hahaha. Kemudian celengan itu dikembalikannya ketempat semula. Entah kenapa aku kembali menyanyainya, padahal biasanya aku nggak banyak ngobrol sama anak yang satu ini, hehe.


"E di rumah punya celengan nggak?"
"Punya,"
"E suka nabung di celengan?"
"Iya, isinya udah nyampe limapuluhribu,"
"Loh, kok tahu? Celengannya bisa dibuka ya?"
"Iya,"
"Bentuknya kayak gimana?"
"Kayak tempat permen.. dari kaca,"
"Berarti dari luar kelihatan?"
"Iya,"
"Isinya uang receh apa uang kertas?"
"Ada uang receh, ada uang kertas,"
"Banyakan uang receh apa uang kertas?"
"Uang receh, kalo uang kertas misalnya uang sepuluhribu."
"Itu celengannya kamu sendiri apa bareng sama mama papa?"
"Punyaku sendirii,"
"Wah, nabung sendiri. Hebat!"
"Iya dong, uangnya udah nyampe empat puluh ribu,"
"Loh, tadi katanya limapuluh ribu?"
"Err... salah ngitung! Empatpuluh ribu,"
Aku tersenyum.
"Nanti kalo udah banyak mau buat apa?"
"Mau buat ke Bandung!" dia menjawab sambil pergi. Aku tertawa mendengar jawabannya. Dia begitu bersemangat akan acara keluarga di Bandung, yang akan diselenggarakan bulan depan/

~END~

Pesan Moral :
Tempat anak kecil sering bermain ada baiknya terdapat banyak benda yang berisi informasi, dan lebih baik lagi ada yang mendampinginya belajar. Selain itu, jangan terlalu memanjakan anak kecil. Latih mereka untuk menabung sehingga mereka mengerti bahwa tidak semua hal di dunia ini bisa didapatkan hanya dengan merengek ke mama papa. Haduh, kok kerasanya malah kayak artikel parenting hahaha

Yasudahlah, cukup sekian postingan hari ini. Semoga bermanfaat! 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membuat Surat Keterangan Kesehatan, Buta Warna, dan Bebas NAPZA di RSUD Banyumas

Obrolan empat di lima

Perjalanan spontan