Lucky me
Nak, aku rasa akulah manusia paling beruntung di dunia.
Tadi siang aku mengobrol banyak dengan rekan kerjaku, tentang keluarga, karakteristik anak terakhir dan anak pertama. Dan dengan rekan kerjaku yang lainnya, kami bercanda dan bertukar tawa, menertawai tugas-tugas kita yang bagai tiada rampungnya. Memang terkadang lelah, jenuh. Tetapi hatiku penuh.
Hari ini seratus persen cuaca cerah. Aku berangkat ke tempat kerja, disajikan gunung Slamet yang menjulang gagah sekaligus cantik. Cuaca memang sedang dingin, maka dari itu kupakai sarung tanganku. Tetapi rasanya hatiku hangat, sampai di kantor tidak dikatakan terlambat.
Sore tadi merebahkan diri beberapa saat, lantas bersiap dan berangkat. Mama menawarkan untuk menggoreng bandeng-bahkan membekaliku dua potong, begitu banyak!-karena telur pesanannya belum juga tiba. Aku tidak keberatan sama sekali, bahkan mama menawarkan saus tomat dan juga madu hangat. Kemudian aku merasakan, betapa indahnya dicintai tanpa syarat.
Malam kami biasanya agak panjang sepekan dua kali. Aku menyempatkan diri mengikuti kelas luring, menyelipkan alat dengar ke lubang telinga kanan dan kiri. Lantas terkantuk-kantuk bagai dinyanyikan lulabi. Begitu usai, benarlah aku bersandar ke kepala ranjang sebelah. Membiarkan diri dibawa ke mimpi, melepaskan sedikit lelah. Lainnya lagi membandingkan warna kuku di jariku, dan di jari tanteku. Aku bilang punyaku pudar karena banyak mencuci piring. Tante bilang kamu sering mencuci? Dia tak tahu keponakannya begitu teladan, setidaknya begitulah aku ingin diketahui. Oh dan tentang aster di kamar yang sudah mati, mungkin esok aku akan mampir membawa satu dua tangkai lagi.
Aku senang hati membersamai, karena kita keluarga. Aku senang hati menyayangi, karena dadaku lapang dibuatnya. Tadi aku bicara cuaca cerah seharian, kan? Begitu pun terang sore, lantas terang bulan. Jernihnya langit malam berikut awan, mudah disaksikan sambil bergerak menuju ambulan. Kata tante, terang bulan makannya cuacanya sedemikian dingin. Kataku, apa pengaruhnya? Lalu kami membicarakan aman dan amin. Amin nama tengah sepupuku. Ya sudah, mungkin nanti aku cari tahu sendiri pengaruh bulan terhadap dingin malam.
Sampai rumah, ada yang tentu belum terpejam; mbah. Dari jendela adalah wajib kami saling melambaikan tangan. Lantas beliau mengadu selagi aku menyalaminya: TTS nya ada yang sulit, bahasa asing. Sudah disampaikannya tadi sebelum kami berangkat, lalu disampaikan kembali karena belum bertemu solusi. Aku ikut menilik soal tujuh belas menurun. Lelucon dalam bahasa inggris. Bagaimana ceritanya ia berawalan huruf M, lantas ada huruf S segala, total enam huruf? Bertanya mbah gugel pun mentok, lalu aku hanya bilang yang aku tahu hanya jokes. Mbah galau sebentar, lalu bilang ya sudah besok lagi. Tebakanku, jawaban menyilangnya ada yang keliru, makanya muncul huruf yang entah apa itu. Namun karena malam kian larut, kami kembali berjabat tangan, lantas aku melempar salam dari samping semak kumis kucing.
Seiring berjalan pulang, aku saksikan kuntum-kuntum wijaya kusuma bermekaran, di pot tanaman tetangga-tetanggaku. Cantik dan harum, aku yang merasa terhibur lantas tersenyum.
Sebagaimana agendaku yang penuh hari ini, begitu pula dengan hatiku.
Banyumas, 10 Juli 2025
The song I had in mind while writing this: lucky man by mocca
Why did I write 'nak' in the first sentence? Because I just finished reading river's note by fauzan mukrim
Komentar
Posting Komentar