Berbenah, berbenah


Terbangun dari tidur, aku mengecek empat deret angka pada ponsel. Ah, tengah malam lewat sedikit, jam satu. Aku tertidur amat awal, karena tidak bisa menahan kantuk yang hadir dari siang, tapi belum kuturuti saat itu juga. Perjalanan bolak-balik antara rumah dan kampus meskipun terlihat ringan, tetapi kadang melelahkan. Entah, mungkin karena aku berkutat dengan hal yang terus aku usahakan, sambil memikirkan hal-hal lain ke depan, sesekali asyik berbincang dengan kawan menanyakan kabar lewat ketikan kata, membiarkan diriku terdistraksi. 


Hujan singkat mewarnai perjalanan pulang, menyisakan aku dan jas hujanku yang kemudian kering sepanjang jalan. Mengisi bahan bakar yang tinggal satu setrip, mengantre diantara orang-orang yang pulang kerja. Hati kecil membatin, yaAllah, semoga aku pun lekas seperti mereka nantinya, turut mencari rezeki untuk menghidupi diri. Semoga Allah ridha dan berkahi waktu-waktu dan proses yang tengah kujalani. Lantas berlanjut aku singgah membeli titipan mama, menilik senja sebentar di dekat tulisan nama kotaku. Pulang-pulang sudah ada yang menunggu, bayi kecil yang paling besar, dari tadi siang sudah tak sabar. Maka aku dihampirinya dengan senyum lebar, meminta dipeluk. Aih, hangatnya. Kemudian ia berceloteh riang, sambil ibunya menyuapi nasi goreng, sesekali terdistraksi kucingku yang loreng. Kenapa anak kecil itu lucu? Menjadi pertanyaan di kepala setiap hadir para keponakan di rumah uti dan kakung. MasyaAllah..


Oh, terlalu panjang pengantarku. Intinya tak lama kemudian, tubuhku protes minta istirahat rebahan. Padahal perut pun belum lagi diisi, tapi rasa kantuk sudah tidak dapat ditahan lagi. Berpamitlah aku undur diri karena memang menuju tak sadarkan diri. Yah, begitulah. Rasanya bagai tak menjumpai malam melainkan sedikit saja. Padahal malam itu panjang, bukan?


Di momen terbangun saat ini, aku menyadari bahwa aku harus terus berbenah, menata diri. Mengatur waktu-waktuku, agar pantas dan jelas kebermanfaatannya. Masa iya tidur terlalu awal dan bangun terlalu pagi? Terlalunya melebihi ukuran ideal, jadi bukan ini yang aku maksudkan. Tidur ya semestinya di jam-jam yang tepat, ketika hak diri sudah semuanya terpenuhi: sudah bersih-bersih, sudah makan, sudah shalat, sudah berdoa, intinya menyengaja untuk tidur, supaya tidur yang berjam-jam ini pun bisa terhitung ibadah karena kita niatkan demikian.


Bertumbuh dewasa aku harapkan bukan hanya ukuran badannya, meskipun aku tahu pertumbuhan ukuran sudah mentok sampai sini, hihi. Bertumbuh dewasa berarti semakin memahami diri, menjadi kian bijaksana hari demi hari. Mengatur dan mengondisikan kehidupan pribadi, supaya kondusif dan harapannya bisa ambil andil juga dalam membantu yang lainnya. Sebelum mampu menolong orang lain, jangan lupa memastikan bahwa kamu pun sudah bisa menolong dirimu sendiri. Sudah bisa mengambil keputusan yang tepat dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Menawarkan bantuan dan menerima permintaan hanya dengan kondisi sadar bahwa kamu memang sanggup melakukannya, bukan asal-asalan menyanggupkan dengan dalih tidak enak hati. Tetapi yang namanya proses, ya sudah kita persiapkan sambil berjalan, karena semesta enggan berlama-lama menunggu kita, ia terus berputar tanpa jeda. 


Semoga kamu selalu dikuatkan di tengah gempuran masa yang bisa jadi melelahkan. Tetapi jika kita memilih untuk menyandarkan kepada Allah, insyaAllah lelahmu tidak akan seberat itu. Semoga usaha dan lelahmu bermakna, dan Allah meridhainya. Semangat berbenah, banyak hal yang musti kita bereskan dan selesaikan. Jadwalkan juga istirahatmu, rehat untuk memenuhi hak tubuhmu. Terima kasih sudah berusaha sejauh ini!


Banyumas, 19 September 2023
Sedang menduga kapan aku wisuda

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membuat Surat Keterangan Kesehatan, Buta Warna, dan Bebas NAPZA di RSUD Banyumas

Bermuara

Obrolan empat di lima