Agaknya..
Agaknya, sudah saatnya kamu berhenti marah-marah atas rencana orang lain
Mereka yang menyusun, mereka yang membuat kerangkanya, mereka yang melakukan
Jadi kenapa harus kamu yang kebakaran jenggot?
Ketika tidak ada satu orangpun yang diambil haknya, lalu kenapa?
Agaknya, sudah saatnya kamu berhenti memiliki mentalitas korban
Dimana seisi dunia seakan berbalik melawanmu, tidak mengizinkan jayamu
Ketika kenyataannya; tidak seperti itu
Kamu sendiri yang membesarkan api yang kecil
Yang mungkin api itu marilah kita sebut ego
Aku tahu, kau benci berbuat salah, sampai-sampai orang lainlah yang harus mengambil peran itu dimatamu
Kau buat dirimu sendiri suci bersih tanpa cacat, tapi tidak pernah melihat cermin sesungguhnya
Sehingga apa yang ada dirimu pun tak tampak dimatamu
Tapi mengapa yang seperti ini banyak terjadi?
Bukan apa-apa, mungkin api yang tadi terlalu sering diberi makan
Hingga ia tumbuh mengembang, semakin besar dari raga kita
Yang jika semakin raksasa, entah apa-apa saja yang akan ia sebut salah
Entah siapa-siapa saja yang menjadi kambing hitamnya
Kemudian dia terus bersikeras, bahwa ia yang dizolimi, bahwa ia yang disakiti
Padahal ia bisa memilih untuk bijak menanggapinya
Manusia; terkadang raganya telah dewasa, tapi jiwanya bukan
Masih terus menyalah-nyalahkan dan tidak mau mendengar setitik pun alasan, membingungkan
Namun jumlahnya milyaran, jadi selamat berpusing ria dengan kenyataan
Ada baiknya kamu jadi manusia yang berbuat perbaikan
Sokaraja, 14 Maret 2023
Refleksi bada maghrib, di perjalanan pulang
Komentar
Posting Komentar