Perkenalanku sama Zero Waste
Aku mau cerita tentang suatu hal yang mungkin menarik buat kamu, tapi mungkin juga engga. Tapi, semoga bisa bermanfaat ya buat kamu! Jadi, cerita ini berawal di tahun ketigaku SMA, ketika diri ini sedang ancang-ancang menyongsong mimpi menjadi mahasiswa, tentunya dengan berkutat terlebih dahulu dengan yang namanya ujian nasional dan ujian sekolah. Iya iyaa, aku tahu kalau sekarang udah ngga ada lagi tuh yang namanya ujian nasional, tapi gaperlu ditekankan juga kali kalau aku udah setua itu (padahal aku yang menekankan sendiri ya)
Jadi
karena pada waktu itu aku mendapat akses internet yang berlimpah, dalam hal ini
yaitu wifi sekolah dan wifi tetangga yang memang berbaik hati membagikan
password wifinya, jadilah diriku ini bukan cuma mainan whatsapp dan berselancar
baca webtoon (aku kurang aktif di instagram), tapi mulai merambah ke platform
youtube. Aku kurang paham ya kenapa tadinya aku ga begitu erat sama youtube sedangkan
sekarang bisa 24/7 ngeyutub. Mulanya video yang aku tontonin itu paling ya..
videonya mbak gitasav, yang tinggal dan kuliah di luar negeri, dan suka
membawakan isu isu yang menarik untuk dikaji. Mbak mbak ini keren, batinku.
Kalau nggak salah mungkin ini ada pengaruh juga dari kakakku yang emang suka
nontonin mbak gita, jadi adek kecilnya ini auto ikutan
Kadang,
algoritma youtube bisa begitu aneh dan unexpected, random. Meskipun tentu saja,
banyak rekomendasi muncul berdasarkan apa apa saja yang udah kita tonton
sebelumnya. Aku merambah ke video video lain, channel channel lain, seperti
hiho kids, ted talk, reaction videosnya fine bro, buzzfeed, hingga vox. Wah,
dunia itu luas banget ya, kadang itu yang suka aku pikirkan kalau berseluncur
di internet, melihat dunia dari sekotak layar, entah layar ponsel atau laptop
milik kakakku. Video video buzzfeed yang variatif, menarik dan tentunya
tersedia banyak banget, membuatku betah betah ngeyoutube sepulang sekolah.
Iyalah, udah kelas 12, Cuma tinggal persiapan ujian aja, waktu luangnya banyak.
Apalagi kalau jumat, pulangnya gasik. Udahlah itu surga dunia, masuk kamar,
nyalain kipas, nyambung wifi, terus youtube-an deh di kasur. Dasar aku..
Sampai
akhirnya, muncul juga nih di rekomendasi alias beranda, sebuah video dari vox
yang thumbnailnya menarik banget : ada gambar toples kaca kecil dan tulisannya
itu total sampah yang diproduksi selama 4 tahun. What?? How come?? Kok bisa? Masa
sih beneran? Aku yang emang kepo tanpa ba bi bu langsung cus ngecek videonya.
Diperkenalkanlah aku ini sama mbak Lauren Singer. Wah, beliau bukan penyanyi,
melainkan orang yang menerapkan gaya hidup zero waste. Waduh apakah gorengan
eh, apakah gerangan zero waste itu?
Jadi
intinya, mbak Lauren Singer ini betulan sampah bertahun tahunnya Cuma seuprit,
ya hasil dari menerapkan zero waste itu. Tahu kan selai yang wadahnya pake
toples kaca? Iyaa, kira-kira segitu jumlah sampahnya mbak Lauren yorobun!
Mengherankan bukan? Setelah diulik alias dikorek sama bapak bapak dari vox itu,
ternyata memang mbak Lauren ini menerapkan cara cara yang ramah lingkungan
terkait dengan sampah sampah yang dihasilkannya sendiri. Tahu kan kalau di luar
negeri, misalnya di korea atau jepang, sampah itu udah dipilah pilah ketika
dibuang? Yuppp, itu salah satu cara yang diterapkan mbak Lauren biar sampahnya
dia sedikit. Dia menggunakan produk produk yang bisa digunakan kembali, atau
yang masih bisa didaur ulang, atau yang emang mudah membusuk di alam. Jadi yang
tadi ada di dalem toples itu adalah sampah-sampah yang emang gabisa diapa-apain
lagi, dibusukkan gabisa, didaur ulang juga gabisa, contohnya plastik gantungan
merek baju, atau sedotan. Wah, kok keren banget ya mbak Lauren ini. Selain itu,
intinya mbak Lauren dalam berbelanja kebutuhan sehari hari selalu mengupayakan
untuk tidak menghasilkan sampah, dalam artian zero waste = nol sampah!
Terkadang,
banyak dari kita mengasumsikan ‘daur ulang’ adalah sebuah istilah yang ramah
lingkungan banget ya. Padahal faktanya, daur ulang adalah upaya terakhirrr
banget dalam pengelolaan sampah. Loh kok gitu? Hu um, jadi langkah paling awal
banget nih biar bisa kaya mbak Lauren, adalah dengan mencegah sampah, karena
lebih hemat energi! Waduh apaan lagi tuh, sampah kok dicegah? Yoi, intinya,
kalau masih memungkinkan bagi kita untuk tidak menghasilkan sampah, yaudah
jangan ngehasilin sampah! Contohnya, daripada menghasilkan sampah botol plastik
dari air mineral yang tentunya Cuma sekali pakai, kita mengusahakan untuk bawa
minum sendiri dalam botol yang bisa dipakai berulang.
Atau
contoh lainnya, kalau belanja kita nggak nambah plastik baru ke dalam peredaran
dunia ini, dengan membawa tas belanja sendiri, entah totebag lah, keranjang
belanja lah, atau kantong plastik yang udah kepake sebelumnya, tentunya yang
masih bersih ya. Kita bisa kibaskan rambut ketika mbak mbak kasir lagi ngescan
barcode barang dan kemudian berkata “gausah pake plastik ya mba, saya bawa tas
sendiri”. Wedeww keren banget nggak tuh?
Usaha ramah lingkungan ternyata bisa dimulai dari kegiatan terkecil kita, dalam
hal ini berbelanja kebutuhan, misalnya. Terus, semisal kita beli barang barang
yang kecil atau seupril atau so smol, kita bisa masukkin aja ke kantong baju,
atau kantong celana, atau kantong rok, atau kantong jaket, atau sempilin aja di
bagasi mini motor kita. Gimana ya, intinya buat barang barang sepele bisa lah
kita gausah pake plastik baru. Ya nggak ya nggak? Aku yakin sebenernya kita
bisa banget ngelakuin ini, nah tinggal kitanya aja yang mau apa engga nih buat
mempraktekkan
Mungkin
kita kepikiran, emang bisa ya hidup zero waste kayak mbak Lauren? Sedangkan
dalam keseharian kita, plastikisasi sangat erat dalam kegiatan apapun. Belanja
dikit, plastik. Delivery order, plastik. Beli cilok, plastik. Beli rames,
plastik. Beli rujak, plastik. Beli sayur, plastik. Beli baju, plastik. Waduh
plastik dimana-mana. Dan aku ngajakin kalian buat nol sampah, gaada sampah
plastik sama sekali? Hello?? Situ sehat? Mungkin itu yang kebayang di pikiran
anda, atau mungkin juga engga. Kalau engga, maaf ya aku udah bersuuzon. Ehem
ehem, sini aku jelaskan sedikit demi sedikit ya, barangkali hati kamu tergerak
buat mencoba
Jadi,
zero waste ini memang secara istilah artinya adalah nol sampah, ga ada sampah
sama sekali. Tapi emang iya artinya sebatas itu? Tentu saja tidak pemirsa. Zero
waste yang dimaksud disini memang nol sampah, tetapi tentu saja tetap manusiawi
untuk kita terapkan sebagai manusia yang hidup di masyarakat. Manusia yang
pastinya perlu berproses, perlu beradaptasi. Jadi, menerapkan zero waste
berarti kita melakukan usaha-usaha yang memungkinkan untuk kita terapkan dalam
keseharian, untuk hidup dengan meminimkan jumlah sampah yang dihasilkan. Kita
nggak harus sempurna nerapinnya kayak mbak Lauren, tetapi perubahan sedikit
demi sedikit insyaAllah bakal membawa kita ke lingkungan yang lebih baik.
Minimal, kita ga merugikan merugikan banget ke lingkungan.
Tidak
dapat dipungkiri, menerapkan gaya zero waste ini tentunya tidak semudah
membalikkan telapak tangan. Ada hal-hal yang perlu diubah dan kitanya juga
beradaptasi dengan mindset baru ini. Nggak jarang, kesulitan mungkin akan kita
temui, tapi nggak berarti bahwa zero waste itu impossible. Kesulitan kaya apa
sih misalnya? Aku kasih contoh nih, misalnya kalian udah bawa tas sendiri, tapi
penjualnya udh terprogram untuk auto memplastikkan barang belanjaan kamu, waduh
gagal tuh mencegah plastik baru. Contoh lainnya, kadang suka kelupaan buat
membawa tas belanja itu dan baru keinget waktu udah nyampe, sedangkan untuk
balik ke rumah/kosan kelihatannya kurang efektif waktu, gagal maning mencegah
plastik baru. Atau bisa juga kamu tiba-tiba pengen belanja sesuatu atau impuls
buying, tanpa direncanakan, ga bawa tas lagi, yaudah lahir deh plastik baru.
Cukup menantang bukan? Tapi engga apa apa, mungkin itu kesulitan kesulitan yang
akan muncul di awal kita mencoba untuk ber-zero waste, tapi seiring dengan
berjalannya waktu, aku yakin kalian bakal lebih terbiasa dan bisa melakukannya
dengan lebih baik lagi!
Intinya,
apa ya, terapkan sesuai kemampuan kamu, jangan terlalu memaksakan diri untuk
menerapkan secara sempurna, inginmu nggak menghasilkan sampah sama sekali.
Realistis aja, gapapa. Tidak perlu terlalu muluk-muluk, dari yang paling simple
aja dulu. Kita perlu orang-orang yang memulai menerapkan ini secara tidak
sempurna. Tahu nggak sih istilah sedikit demi sedikit lama lama menjadi bukit? Kalau
banyak orang yang mulai mengurang-ngurangi penggunaan plastiknya, ya itu pasti
bakal lebih baik lagi untuk ke depannya.
Kalau
aku boleh bilang, mungkin menerapkan mindset zero waste ini kadang kayak iman
ya. Kadang naik, kadang turun! Ada waktu dimana kita bener bener bertekad
bulat, berapi api gimana caranya biar bisa menerapkan dengan baik, tapi ya ada
juga waktu dimana kita ngerasa ah bodo amat lah, ribet, dan kembali ke
kebiasaan kita melahirkan plastik baru ke dalam peredaran. Yaudah, engga apa
apa! Beneran, ga apa apa, selama kamu niatkan untuk kedepannya kamu pengen ga
kaya gitu lagi. Jangan terlalu memaksakan diri atau kesel ke diri sendiri
karena belum bisa melaksanakan dengan baik. Gapapa, kita berproses sama sama,
okay?
Btw, ada juga influencer lain tentang zero waste, namanya Bu Bea Johnson. Terus kalau untuk di indonesia sendiri, bisa cek zerowaste id, maurel imron, atau dkwardhani. Mereka semua keren! masyaAllah...
Mungkin
itu tadi sedikit cuap cuapku bercerita tentang zero waste. Gimana, menarik ga?
Intinya, semoga bermanfaat ya buat kalian. Semoga kita bisa melakukan hal hal
yang bermanfaat juga dalam keseharian kita, selalu. Semangat!
Komentar
Posting Komentar