Hidup Online

 Keadaan pandemi yang sekarang ini, membuat kita secara mau nggak mau harus melakukan segala sesuatunya dengan berjarak. Kita menyebutnya dengan social distancing atau physical distancing, mencegah pula terjadinya kerumunan. Apa-apa dilaksanakan secara online, atau dalam bahasa Indonesia, daring. Ya sekolah, ya kuliah, ya kerja (but some people still works from office), dan bisa dibilang semua-muanya. Jenuh? Iya. Kuota menjerit? Iya (but thanks to kuota dari kemendikbud yang kehadirannya cukup membantu). Belum lagi kapasitas otak yang sulit mencerna informasi yang disampaikan secara tidak langsung. Kalau kata orang, wong kuliah di kelas aja suka nggak mudeng, apalagi ini yang kita yang sekarang ini istilahnya belajar dari laptop atau hape. Memang, suasana sekarang ini amat melelahkan, lebih-lebih kalau keadaan memang sedang hectic-hecticnya di akademik


Keadaan yang serba online ini pun membuat media sosial sebagai satu-satunya sarana kita untuk berkomunikasi antara satu sama lain. Mengetahui kabar teman-teman kita, keluarga kita. Mengetahui tugas apa yang kudu dikerjakan, mengetahui bagaimana keadaan terkini di kota atau belahan dunia yang lain. Nggak ada lagi yang namanya rumpi rumpi di kantin, atau sambil nyemil danus seribu limaratusan. Semua orang masing-masing terpaku di depan layar, saling memberi kabar. Yaudah, karena kita tahu keadaannya kaya gitu, berarti media sosial ini kita maksimalkan penggunaannya untuk kehidupan sehari-hari


Tapi, jujur saja semenjak serba online ini, aku justru ngerasa semakin punya banyak 'utang'. Utang disini dalam artian seperti tanggung jawab yang semestinya dilakukan. Yang kalau kita dalam kondisi normal, tak sulit kita tunaikan dan banyak faktor yang membuat kita teringat akan kewajiban itu. Misalnya, kita kudu setor tugas nih ke temen kita si A, nah ketika kita ngeliat si A waktu ga sengaja ketemu, maka kita otomatis teringat akan kewajiban kita. A pun secara refleks bisa ngingetin kita kalau kita belum setor tugas ke dia. Melihat --> Ingat. Tapiiii kalau keadaan pandemi kaya gini, apa yang mau dilihat? Muka temen-temen mungkin makin kesini makin samar-samar (untung ada teknologi yang namanya foto, ya), dan semua interaksi di media sosial itu sifatnya disengaja. Artinya, kelupaan sangat sering terjadi, dan kewajiban itu jadi semakin tertunda. Itu yang aku maksud dengan 'utang' semenjak serba online ini. Hmm, am I the only one who experience this feeling? Aku nggak bisa bener-bener ngedeskripsiinnya, tapi tulisan di atas itulah kira-kira yang mampu aku gambarkan tentang yang dirasakan sekarang


Well, it's already 2021 and we might be bored and sick of this pandemic. But, please still do the health protocol to protect our loved ones. Semoga tulisan ini bisa bermanfaat(?), barangkali ada yang merasa relate. Kalau misalnya belum bermanfaat untuk kalian, minimalnya udah jadi sarana aku disini untuk meluapkan perasaan, hehe. Stay safe, and stay healthy, folks!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membuat Surat Keterangan Kesehatan, Buta Warna, dan Bebas NAPZA di RSUD Banyumas

Obrolan empat di lima

Perjalanan spontan